Senin, 01 Maret 2010

Pengaruh globalisasi di Minangkabau

Berbeda dengan banyak masyarakat tradisional di Nusantara ini, masyarakat dan kebudayaan Minangkabau memiliki filosofi dan pandangan hidup (weltanschauung) yang sesungguhnya mengandung nilai-nilai global yang langgeng ” tak lekang oleh panas dan tak lapuk oleh hujan”. Melalui petatah-petitih serta pantun-pribahasa itu, orang akan menemukan sejumlah prinsip dasar kehidupan yang padanannya hanya ditemukan dalam kebudayaan Yunani lama dan dalam khazanah kebudayaaan Islam.
Ketiganya yakni adat Minangkabau, kebudayaan Barat yang berasal Yunani (melalui pengaruh modernisme dari Barat), dan Islam, dalam prosesnya telah terjalin dalam satu jalinan ajaran yang harmonis dalam kebudayaan Minangkabau.
Dengan pendekatan dialektik tesis-antitesis dan sintesisnya, masyarakat dan kebudayaan Minangkabau telah memadu ketiga unsur budaya itu, seperti yang dipusakakan oleh masyarakat di sana saat ini. Sejumlah ciri budaya yang lekat dengan nama Minangkabau adalah: demokratis, terbuka, resiprokal (timbal balik), egaliter, sentrifugal, kompetitif, kooperatif, dan mengakomodasi konflik. Setelah itu meletakkan “nan Bana” (yang benar) sebagai raja dan hukum tertinggi. Raja yang sesungguhnya dalam kebudayaan Minangkabau bukanlah orang, melainkan “hukum yang benar itu” – suatu hukum yang di atasnya tak lain adalah Kitabullah (Alquran). Hal ini dikaitkan dengan perlambang utama kebudayaan Minangkabau yang bercoral Islami: “Adat bersendi Syarak, Syarak bersendi Kitabullah”.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar